Minggu, 05 September 2010

10 : Kekuatan C....

Posted by Gamal Al Ayyubi 00.01, under | 2 comments

Satu bulan berlalu sejak terakhir kali ku sms Zahra, rindu mulai merenggut jiwa. Rindu kepada sahabat yang telah merubah kehidupanku menjadi seperti sekarang ini. Malam ini kucoba untuk menghubunginya kembali. Dan jawaban yang diberikan sangat dingin, seakan kita adalah dua orang yang berbeda komunitas tanpa ada rasa kepedulian sama sekali. Tetapi aku tidak hanya diam melamuni keadaan, kuberanikan kembali untuk menjawab pesan singkat (sms). Emmmmmm... Udah seperempat jam belum ada jawaban juga, mataku sudah sangat berat menahan lelah, apa yang sedang Zahra lakukan ya. Apakah tugas telah menyibukkan dia untuk menjawab sms ku. Hari ini ku akhiri dengan pertanyaan tentang keadaan Zahra.
Satu minggu berlalu, belum ada pesan dari Zahra yang masuk dalam handphone ku. Dengan kekuatan nekad aku telpon dia, tuuuut tuuuutt tuuuut tuuuut. Nggak diangkat…..!Sepuluh menit berlalu, Handphone mengerang menyuarakan sebait lagu dari bondan fade2black, kali ini nada dering handphone sengaja ku aktifkan biar kedengaran pas lagi nonton tv. Satu pesan baru dari Zahra….! Bunyinya : “Sory lagi dijalan, tadi kamu nelpone aku y? ada apa?.. ,” Singkat tapi menjawab, membalas pesan memang hal yang sampai saat ini membuatku memeras otak, karena aku harus menyusun kalimat seringkas mungkin tetapi artinya bisa sepanjang mungkin. “Iya, tadi tak telpone tapi g dijawab, kamu sibuk ndak? Kalau ndak aku mau ngajak kamu ketemuan, kamu boleh bawa temem koq biar lebih afdol, gimana mau g?” tidak ad dua menit handphone yang kuletakkan di meja TV kembali berbunyi dua kali, yang pertama laporan terkirim dan yang kedua pesan balasan dari Zahra. “boleh, kapan dan dimana?” ; “Besok pagi gmn? Di depan kampus kamu aj, besok jam 10.00 tak sms kalau aku sudah didepan kampus kamu.” balasku, “Oke…” jawab Zahra singkat.
Keesokan hari, semua sudah kupersiapkan mulai dari pakaian terpantas dari yang terbaik, minyak rambut sampai apa yang akan ku omongkan nanti telah kupersiapkan tadi malam. Bertemu dengan wanita memang harus prepare sebaik mungkin bantinku, semoga Zahra tidak bosen ngeliat aku dengan penampilan terbaru dan ekslusif. Kemeja garis-garis warna biru tua terliahat sangat pas dengan ukuran tubuhku dan warna kulit yang agak kuning kecoklatan. Yapz suhu panas Jakarta telah mengubah warna kulitku menjadi sedikit lebih eksotic.
Pukul 09.45 menit aku sampai didepan kampus Zahra, sebelum ku sms dia aku mencoba terlebih dahulu melihat keseliling kampus kali aja dia sudah diluar.
Setelah beberapa kali putaran kepala, tiba-tiba mataku tertuju pada dua sosok adam dan hawa, darahku seakan-akan berhenti otak membeku pikiranku kaku. Apakah yang kulihat ini adalah suatu kenyataan atau aku sedang bermimpi? Tersadar dari penderitaan sesaat, kuputuskan untuk membatalkan pertemuanku dengan Zahra pergi menjauh menghindari kenyataan. Sesampai di kamar kost langsung kurebahkan badanku sambil mengingat kejadian yang baru saja kulihat, sangat tidak pantas, tapi apakah benar sikapku ini su’udzon kepada orang sebelum aku bertanya langsung kepada dia. Aku harus bertanya langsung kepada dia tentang apa yang aku lihat tadi. Tetapi kejadian tadi sangat membuat aku shock berat. Zahra yang dulu menggiringku ke dalam masjid, Zahra yang kujadikan sebagai semangat untuk belajar, Zahra yang kujadikan semangat memperbaiki diri karena tingkah laku yang terpuji. Hari ini semangat itu mulai luntur. Jika benar apa yang kulihat tadi apa yang harus kulakukan, akan ku bawa kemana perasaanku. Segera terlintas nama Anto, teman SMA yang bersama Zahra mendidikku dalam kebaikan. Kuputuskan untuk mentelfon Anto (curhat), “Assalamualaykum” suara Anto melengking. “Waalaykumsalam, Apa kabar to’” jawabku seraya berbalik nanya. “Alhamdulillah baik disini, kamu gimana ko, koq tumben telpone, kangen y?” Langsung saja kujelaskan kejadian tadi pagi “Alhamdulillah baik juga, to apakah mungkin orang yang sudah sangat alim seperti kamu itu berubah seartus delapan puluh derajat menjadi sangat dzalim? Soalnya aku tadi melihat Zahra sedang bermesraan dengan seorang laki-laki dikampus”…. “Yang bener ko..? oiya apa kabar si Zahra” jawabnya singkat.
“Itulah to, sudah satu bulan aku belum pernah ketemu Zahra disini. Terus tadi aku kekampus Zahra, g nyangka aku lihat dia bermesraan dengan seorang laki-laki di halaman parkir mirip sepasang kekasih gitu,?” “Ente yang bener saja ko, Zahra yang lemah lembut, mana mungkin melakukan hal seperti itu” bantah Anto. “Iya to beneran, ane yakin itu tadi Zahra” “Ente lebih baik Tanya langsung aja ke Zahra, hal itu bisa aja terjadi ko, syetan itu diciptakan memang untuk menjerumuskan manusia” “Bener ko, mending aku Tanya langsung saja sama Zahra y, ya udah ko terimakasih, Assalamualaykum” Segera ku akhiri telpon ini. Tak selang beberapa lama ada sms masuk, dan ternyata dari Zahra. “Ko, katanya mau ketemu aku sudah nunggu dari tadi nih, posisi kamu dimana?” “Assalamualaykum. Maaf Zahra untuk sekarang aku batalin dulu ketemunya karena ada suatu hal di kampus, maaf menyita waktu kamu”. balasku ragu. “Waalaykumsalam O, y udah gpp koq.”
Malam ini aku harus berani menanyai Zahra langsung. Telpon apa langsung ketemu y? mungkin lebih baik telpon aja y, tapi sebenarnya lebih baik ketemu langsung biar lebih jelas. Telpon dulu aja kali y…?
Sehabis sholat Isya’ di masjid kuputuskan untuk menelpon Zahra dari pada ntar kemaleman. Telpon sudah terhubung tetapi belum diangkat, dan akhirnya tidak ada jawaban. Ku ulangi sekali lagi, ketika telpon terhubung langsung terdengar suara Zahra menyapa. “Assalamualaykum”
“Waalaykum salam, Zahra lagi dimana?”
“Lagi diluar sama temen, ada pa ko?”
Zahra malam-malam keluar sama temennya, aneh sekali seorang Zahra keluar malem2, ini kan udah jam setengah delapan.
“Ganggu g, aku mau nanya sesuatu?”
“nanya apa?”
“Kamu udah punya pacar sekarang, soalnya tadi pagi aku liat kamu gandengan ama cowo di kampus”
“Kok kamu nanya kayak gitu ko? Apakah kamu tadi ngebatalin ketemuaan kita gara-gara kamu ngeliat aku gandengan ama cowo?”
“Jawab dulu dong pertanyaanku”
“Iya ko, aku sekarang udah punya pacar. Emang kenapa ko kalau aku punya pacar?”
Masya Allah bener apa yang aku sangka selama ini, mereka pacaran. Ya Allah kemana hidayah yang engkau berikan kepada Zahra dulu. Langsung saja kumatikan telpon ku tanpa mengucap salam.
Berhari-hari hatiku masih mengganjal, ganjalan yang sangat besar sehingga terasa berat ketika ingin melompati ganjalan tersebut. Apa yang harus kulakukan ya Allah. Jikalau benar godaan syaiton itu sangat lah berat maka aku tidak boleh seperti orang yang lemah, lemah karena dunia dan melupakan kehidupan yang sebenarnya, hatiku selalu berkata “Palestina menungguku”, aku tidak boleh kalah sebelum perang.