Kamis, 24 Februari 2011

Joni Kemalang

Posted by Gamal Al Ayyubi 19.01, under | No comments


Hangat sinar matahari menemaniku untuk beberapa saat yang lalu ketika aku berada di sebuah danau di balik bukit, kehangatan itu perlahan menengkan jiwa yang pada saat itu sedang berkecambuk melawan kenyataan hidup. Akan tetapi sekarang aku sudah berada disini, tempat yang aku impikan, idam-idamkan sejak pertama kali aku menduduki bangku perkuliahan empat tahun yang lalu. Lebih dari 22 tahun tak kusadari aku telah merintis jalan untuk menuju tempat ini sejak kecil, entah ini takdir dari Alloh SWT ataukah ini memang hasil kerja kerasku sendiri yang telah ber azam untuk berada di tempat ini, akan tetapi jika di telisik lagi, apabila memang jalan ini sudah kurintis sejak 22 tahun yang lalu, bisa kupastikan ini adalah takdir dari Alloh SWT. Betapa besar pengaruh Tuhan dalam hidupku sehingga aku berada disini sehingga tak bisa dipungkiri kenyataan bahawa mulai saat ini aku percaya dengan takdir  dan kerja keras adalah bagian dari takdir setiap manusia. Memang benar tak lepas dari keluargaku yang telah beru[paya sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-citaku ini, mulai dari bapakku yang memang sejak dari kecil telah menaruh harapan besarnya di pundakku, mulai dari obsesi dengan mata palajaran MAtematika sampai ke ranah yang melenceng dari kaidah matematika. Dimanapun aku ber sekolah memang semua nya adalah karena tekadku sendiri, tanpa ada interfensi dari orang tua karena mereka pada dasarnya mendukung semua keputusanku asalkan itu baik. Seorang ibu yang tidak hanya mempunyai satu cara untuk mendidik anaknya, terkadang memang terkesan keras dalam mendidik anaknya tetapi tak jarang juga sangat lembut. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan olehnya, apa beliau tidak berfikir untuk bahwa apa yang dilakukan akan sangat berpengaruh dengan masa depan anaknya, dan sekarang ketiak aku sudah dewasa ibu selalu mengalah dengan keputusanku tak pernah lagi terdengar bentakan-bentakan kecil dari mulut beliau, selain dari faktor umur juga karena kasih sayang yang ingin ia dapatkan dari sang anak di hari tuanya. Dan terakhir adalah sang kakak yang sejak kecil tidak pernah akur, selalu bertengkar dengan ku, entah itu hanya sebatas perebutan mainan atau sekedar keinginanku untuk ikut bermain dengan nya yang selalu di tolak. Walaupun begitu tanpa disadari kedua orang kakak beradik ini memiliki kesamaan di bidang minat, kami sama-sama menyukai music dan lebih lanjutnya kami sama-sama hoby mengebuk drum, selain itu mulai dari olah raga maupun team sepak bola meraka memiliki kesamaan, olah raga dan club yang mereka gandrungi sama dan bahkan hoby bermain game mereka tak jauh berbeda. Sekarang kedua kaka beradik tersebut telah kembali akur, berkat nasihat dari sang bapak. “kelak kalian akan berkeluarga, akan memilki anak sendir-sendiri, Anak-anak kalian akan menjadi saudara sepupu, lalu apa kata dunia jika paman mereka ternyata tidak akur dengan bapaknya, coba berfikirlah jauh kedepan jangan hanya mengejar sesuatu yang didepan mata, tapi kejarlah yang brada jauh disana yaitu masadepan”
Aku adalah anak terakhir dari dua orang bersaudara. Kami hidup dalam golongan keluarga yang sederhana tetapi mampu lebih. Bapak dan ibuku seorang PNS, sedangkan aka dan kakaku hanya terpaut empat tahun. Strategy yang baik untuk mengurangi resiko membaya uang masuk sekolah menumpuk dua orang sekaligus. Kami hidup dalam keluarga besar yang selalu membangga banggakan harta mereka seakan-akan merekalah yang paling hebat, dan jujur saja pada sat itu akau sangat minder berada dilingkungan ynag seperti itu. Ok lah mereaka kaya dan aku…, ya tidak terlalu miskin-misin amat lah. TEtapi hati ini selalu berontak ketika bercengkrama dengan mereka, dan ini lah yang membedakan akau dengan kakakku, sia bisa beradaptasi dengan orang –orang kaya, sedangkan aku tidak. Aku lebih suka bermain dengan anak-anak kampong, berkotor-kotoran di sungai, sawah, berlaga seperti preman kampung, berkeliling ke kampung tetangga untuk mencari lawan berkelahi (dengan harapan bisa menklukkan anak-anak kampung tersebut).
Kalian bisa memanggilku Joni. Joni Kemalang adalah nama panjangku, entah apa maksud orangtuaku memberikan nama seperti itu, yang pasti nama ini membuatku sedikit gagah, ini menurutku.
Pulang sekolah biasanya Joni langsung tancap keluar rumah, dengan sepeda BMX warna ungu dan setang yang lebar sedikit berkarat, Joni dan teman-teman layaknya pasukan berkuda berencana untuk berkelana ke kampung sebelah dengan harapan bisa menemukan sesuatu yang baru, atau mungkin bisa berkelahi disana. Ya semangat itulah yang selalu berada di benak mereka saat berkumpul seperti ini.
Seorang dara cantik jelita, terlihat sedang duduk termenung di tepi danau memandang jauh kedepan temoat sebuah mercusuar berdiri di atas  bukit kecil di sebrang danau. Rara selalu merasa dirinya berbeda dengan gadis-gadis lain, yang mungkin saat ini sedang bermesra-mesraan dengan pasangannya ataupun menghabiskan uang orang tuanya hanya sekedar untuk membeli barang-barang yang sifatnya sebagai barang tersier. Rara lebih suka menghabiskan hidupnya untuk bermesraan dengan alam, entah sendiri atau dengan teman-teman pecinta alamnya. Sungguh sangat aneh ketika seorang gadis perawakan Belanda Jawa, berkulit putih hidung mancung dan rambut yang indah, membuat Rara menjadi pujaan para lelaki disekitarnya. Tapi tidak ada yang berhasil meluluhkan hati sang gadis, hatinya yang keras bagai batu telah memberikan hatinya untuk sang alam. Bahkan di umurnya yang akan menginjak 22 tahun Rara belum memikirkan pasangan hidupnya kelak. Ketika segeromolan temannya menanyakan hal tersebut, Rara selalu menjawab dingin, “aku akan menikah dengan alam”. Hidupnya memag tak jauh dari real estate, maklum orang tuanya yang berprofesi sebagai pengusa sukses membuat Rara hidup bekecukupan bahkan lebih, tapi Rara berbeda, bukan itu yang ia inginkan.
Hidup di zaman sekarang memang serba susah, keluh orang tua Joni. “Walaupun kakakmu sudah bekerja tetapi tetap saja bapakmu ini merasa kuarang dalam memenuhi kebutuhanmu Jon”
“Sudahlah pak, santai saja menjalani hidup ini, ndak usah ngotot pengen ini lah, pengen itu lah, Joni udah merasa cukup koq dengan semua ini”
“Iya Jon, sekarang kamu sudah dewasa, sudah bisa memikirkan masa depanmu sendiri, dan bapak hanya bisa mendukung dengan do’a, ya semoga kamu baik-baik saja berada di Negara orang”
“Amin”
Seperti biasa sore-sore menjelang maghrib Joni bersiap-siap menuju masjid di kampungnya. Di setiap langkah, seakan-akan Joni sedang menyusun sebuag puzzle sejarang tentang dirinya di masa kecilnya, susunan ruamahnya masih sama catnya pun tak berbeda jauh, hanya mungkin ada bangunan-bangunan baru yang mengisi setiap jengkal lahan kosong. Rumah megah yang berdiri di pojok kampung merupakan suatu kesedihan bagi Joni, ketiak mengingat disanalah ia didik, disanalah ia belajar bersosialisasi, dan disanalah ia belajar sebuah tanggung jawab. Lapangan sepak bola yang dulu berada disana sekarang sudah berubah wujud menjadi bangunan perumahan mewah. Mobil-mobil kelas satu berjejer di setiap garasi rumah, membuat Joni berdecak. “Andai saja aku punya mobil seperti ini, pasti dia mau menjadi pacarku…hehehe”
          Joni adalah salah satu korban dari Rara. Joni tertawa geli saat mengingat masa-masa itu. Di atas puncak gunung Joni memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya, denga setangkai bunga edelwais yang ia petik saat perjalanan pendakian, berlagak seperti pangeran, di saat mereka dan teman-teman pecinta alam sedang bercengkrama mengelilingi api kecil yang di buat untuk menghangatkan tubuh, dengan diiringi alunan gitar yag syahdu, Joni memulai adegan tersebut. Mula-mula Joni berdiri membacakan sebuah puisi cinta untuk sang dambaan hati, tetapi saat itu Rara masih belum mengerti apa maksud Joni, Rara pun ikut-ikut menyoraki ketika melihat preilaku Joni yang tidak biasa ini, dia menganggap ini hanyalah lelucon Joni saja. Tetapi perlahan Joni mulai menunjukkan itikad yang tidak baik bagi Rara. Joni mulai mendekati Rara sedemikian rupa Joni langsung bersimpuh memberikan setangkai bunga edelweiss.
“Wahai putri Rara yang cantik jelita, tidakkah kau sadar puisi yang kubacakan tadi tidak lain dan tidak bukan adalah untuk Anda, Maka dengan setangkai bunga edelweiss ini saya bermaksud untuk menyatakan perasaan saya kepada Anda. Sudah lama kusimpan perasaan ini, walaupun besar resiko yang harus saya tanggung, tetapi sebagai laki-laki saya harus bisa mengaggung resiko tersebut. Dimalam yang diingin ini kuberanikan diri untuk mengatakan bahwa, Aku mencintaimu. Would you be my girl friends, emmmm sory, Would you be mother from my child”
Kata-kata norak dari Joni langsung disambut dengan sorakan dari teman-temannya. “Huuuuuu………..!”
“Jika kamu mau maka ambil bunga ini lalu letakkan di dadamu, dan jika kamu tidak mau maka ambil bunga ini lalu jatuhkan”
Bermaksud untuk lebih mendramatisir keadaan, seakan memberikan harapan kepada Joni, Rara memulai sebuah narasi pendeknya, padahal dia sudah tahu jawabannya hanya satu.
“Begini Jon, aku sadar kamu sering memperhatikan aku ketika kita bersama entah dia acara apapun, tak bisa kupungkiri kamu memang baik dan sedikit gantenglah, tapi cm sedikit”
“Hahahahahahaaaaa… cuit-cuit” goda teman-teman mereka
“Kita sama-sama anggota pecinta alam, tapi tidak kah kau lupa bahwa sesame anggota PA dilarang pacaran”
Sambil mengambil bunga edelweiss dari tangan Joni lalu menjatuhkan bunga tersebut, Rara mengatakan sesuatu yang membuat kuping Joni panas. “Tapi maaf Jon, aku sudah punya kekasih”
“owwwwwwwwu” sambut teman-teman Joni
“Walaupun begitu kamu tetap berada di sis hatiku Jon, kamu adalah teman terbaikku, Kita adalah sahabat Jon. Maaf”


Rabu, 10 November 2010

('_')"('_')

Posted by Gamal Al Ayyubi 22.24, under | No comments

Tak disangka aku sudah menginjak semester lima, perasaan ospek baru kemaren y, sekarang koq udah punya adik kelas 2 tingkat lagi, seru nic. Semester lima ini adalah waktunya untuk berkontribusi dalam organisasi yang akan selalu ku fokuskan, dan inilah keuntungannya ketika diawal-awal dahulu aku ikut beberapa organisasi fakultas, aku lebih tahu mana yang lebih sesuai dengan diriku, mana yang akan menjamin kehidupanku kedepan. Masa depan di alam akhirat, dunia hanya lah sementara tak lebih dari seteguk air. Nabi Muhammad SAW bersabda: dunia tidak lebih baik dari binatang ini(kambing yang telah mati dan membusuk). Banyak yang harus kupersiapkan, baik dari segi fisik maupun ruhani. Sesunguhnya Allah menyukai hambanya yang kuat (kira-kira seperti itu).

Sekarang usiaku sudah 21 tahun menginjak 22 tahun. Ternyata sudah tua juga ya. Mesti lebih dewasa lagi nic. Dan tidak disangka di usiaku ini aku dianggap lebih tepat untuk memimpin organisasi yang sedang ku geluti saat ini. Dilema melanda hati ku, teringat kelakuan dimasa lalu, sudah bersihkah aku sehingga amanah ini mendarat dipundakku. Sejenak berfikir di tengah keramaian musyawarah yang dilakukan oleh dewan formatur, untuk memilih satu mas’ul yang akan memimpin satu tahun kedepan.
“Ane yakin antum lebih layak akh, insya Allah ane dan teman-teman akan membantu sekuat tenaga,…. ” terdengar suara wanita memberi semangat, entah suara siapa itu. Yang pasti suara tadi telah memberikan satu alasan untuk aku menerima amanah tersebut.
“Bismillahirahmanirrahim, Insya Allah….” satu kata itu tiba-tiba keluar dari mulutku. Tapi aku sudah yakin dengan teman-teman yang akan membantuku. Satu kata tadi langsung disambut dengan takbir yang membahama, diiring do’a yang meruntuhkan mentalku.
Mulai hari ini dan seterusnya aku akan disibukkan dengan kegiatan yang lebih berat, janagn sampai kuliahku terbengkalai,”harus kerja keras nic……”
Mulai dari merumuskan langkah gerak sampai menentukan pemimpin setiap bidang yang akan menunjang keberhasilan, mencapai tujuan mulia. “Menjadikan FIB sebagai kampus islami”
Dalam perjalanannya banyak hambatan yang ku lalui, dari mulai menklukkan dekanat sampai perang pemikiran dengan para pengagung liberalism. Ini adalah jalan dakwah, aku yakin semua yang telah terjadi pasti ada hikmahnya baik bagi diriku maupun orang lain. Yang jelas disaat Yahudi mengoar-ngoarkan liberalismenya aku berkeyakinan “Barang siapa suatu organisasi maupun negara sekalipun, apabila menyatakan ber ideology islam, maka tiada hari kecuali hari-harinya penuh dengan air mata, keringat bahkan darah” Karena yahudi tidak akan membiarkan islam kembali berjaya, seperti zaman dahulu ketika islam berjaya mengarungi 2/3 bumi. Konstatinopel, Palestina, Andalusia,Afrika bahkan Romawi timur takluk oleh islam.

Sabtu, 16 Oktober 2010

intermezoa

Posted by Gamal Al Ayyubi 08.50, under | No comments

Beberapa hari kulupakan semua tentang Zahra, maklum untuk konsentrasi kuliah membutuhkan tenaga yang luarbiasa, aku g mau ngecewain nyokap (set dah sekarang bahsa gue jd ikut2 an orang metropolitan). Biaya sekolah sangat mahal masak Cuma dapet IP pas-pas an, mau dibawa kemana masa depanku. Oiya satu hal yang belum ku kabarkan kepada nyokap, aku sekarang berkecimpung didalam organisasi fakultas, untuk tahun awal ini ku coba untuk berpartisipasi di banyak organisasi dengan dalih nyari yang cocok. Organisasi sangat lah penting, organisasi akan membentuk sikap kepemimpinanku yang sudah lama tertidur. Beberapa hari kulupakan semua tentang Zahra, maklum untuk konsentrasi kuliah membutuhkan tenaga yang luarbiasa, aku g mau ngecewain nyokap (set dah sekarang bahsa gue jd ikut2 an orang metropolitan). Biaya sekolah sangat mahal masak Cuma dapet IP pas-pas an, mau dibawa kemana masa depanku. Oiya satu hal yang belum ku kabarkan kepada nyokap, aku sekarang berkecimpung didalam organisasi fakultas, untuk tahun awal ini ku coba untuk berpartisipasi di banyak organisasi dengan dalih nyari yang cocok. Organisasi sangat lah penting, organisasi akan membentuk sikap kepemimpinanku yang sudah lama tertidur.
Belajarlah satra, gunakanlah satra untuk membentuk peradaban baru, peradaban yang lebih baik. Jadilah sang pioneer peradaban. Jadikan sastra sebagai jalan hidup kalian. Sastra sangalaht luas belajarlah di altar ilmu sastra tertinggi. Carilah, Galilah, Temukan lalu Terapkan.

Jumat, 01 Oktober 2010

E 11 Sepucuk Kertas Hitam Putih

Posted by Gamal Al Ayyubi 20.21, under | No comments

Setiap hari ahad sore dikampus ada kajian sore, dan kali ini, ketika aku mengikutinya ada sebuah pencerahan baru yang dapat menguatkan iman ku. Ustadz yang kalem perawakannya tetapi gaya penyampaiaan materi sangatlah tegas sehingga memberikan keyakinan bagi para pendengarnya(jama’ah).
“Tugas manusia adalah untuk beribadah dan mengelola atau menjadi khilafah di muka bumi ini, lalu bagaimana caranya. Kalau kita bertanya bagaimana caranya maka kita membutuhkan petunjuk yang jelas. Oleh karena itu Allah menurunkan Juknis (petunjuk teknis) berupa Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh umat manusia dan juga apa saja yang harus ditinggalkan manusia. Jika kita tidak melakukan sesuai dengan juknis maka kegiatan yang kita lakukan akan kacau, saling bertabrakan tidak beraturan, tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan, Itulah gambaran umat manusia sekarang ini, meraka tidak menjalani kehidupan sesuai dengan juknis yang diberikan Allah, akibatnya banyak manusia yang merasa harus mengakhiri hidupnya karena sudah tidak tahan dengan kondisi, kehidupan mereka semrawut tidak beraturan, kebohongan ditebar, dusta dibagi dan para penghianat bersembunyi diantara peduli dan pecaya. Kemudian dengan sifat Allah yang maha pemurah, Allah menurunkan seorang Rasul, yang akan menjelaskan kembali kepada manusia tentang isi dari Al-Qur’an bahkan dengan memberikan contoh secara langsung. Sebenarnya dua hal itu sudahlah lebih dari cukup untuk menuntun hidup ini kejalan yang diridloi Allah, tetapi kembali syaiton menjalankan perannya untuk menutup pintu-pintu dengan kenikmatan dunia.”
“Dunia ibarat bayangan dan matahari adalah Akhirat, Jika kita mengejar dunia maka tidak akan pernah kita mendapatkannya tapi malah semakin jauh dari Akhirat. Tetapi ketika kita mengejar Akhirat berarti kita sedang menghadap matahari dan otomatis bayangan kita berada dibalik badan kita, jika kita mengejar akhirat maka lihatlah dunia akan mengikutimu dari belakang, akan selalu mengikuti.”


Dua ahri berselang kuputuskan untuk menulis surat untuk Zahra,
bagaimanapun juga surat adalah alat komunikasi yang terbaik, aku tidak mau surat terkubur dengan adanya sms maupun telpon. Walaupun surat yang saya maksud adalah e-mail.
Assalamualaykum warahmatuhhai wabarakatuhu.
Teruntuk sahabat yang selalu memberikan semangat hidup ZAHRA
Pagi berlalu dan matahari membuka matanya untuk menjadi saksi kehidupan manusia. Pagi itu aku berada diatas motor, menunggu seorang sahabat yang lama tak kujumpai. Satu bulan telah berlalu, kulalui tanpa mengetahui kabar dari sahabat. Teriring namamu dalam setiap do’a ku, semoga engkau selalu sehat disana. Alhamdulillah ketika kutanya kabar sahabat menjawab denga penuh keykainan tanpa kekurangan apapun. Betapa aku tak mengerti apa yang telah terjadi dalam kehidupan sahabat selama satu bulan yang lalu, sampai akhirnya pagi itu aku melihat sahabat yang dulu menuntunku dalam kehidupan islam yang lebih baik berubah 180 derajat. Engkau seakan-akan menghianati kepercayaanku, aku tidak tahu kebenarannya, tetapi setelah aku mendengar secara langsung keterangan darimu membuat hati ini remuk tertimpa batu besar.
Sahabatku apa yang terjadi pada engkau? Apakah ajaran agama yang dulu engkau berikan kepadaku hanyalah berlaku unuk sesaat saja. Tentu tidak islam adalah agama yang sempurna, islam adalah agama setiap zaman. Dan tentunya sahabat paham tentang itu semua.
Aku tidak tahu apa yang sahabat pikirkan tetapi, aku hanya bisa berdo’a untuk kehidupan yang lebih baik untuk kita semua. Dan semoga Allah selalu menjaga langkah kita agar tetap berada dijalan yang lurus. Amin
Assalamualaykum warahmatullahi wabarakatuhu
Sahabatmu
ttd,
Rico
Esok pagi akan ku kirim tulisan ini lewat e-mail semoga Zahra mau membalas dan tidak menjauhiku. Tetapi ini semua kulakukan karena dia adalah sahabatku. Inilah cara yang terbaik untuk menjauhi yang namanya pacaran. Kata sahabat lebih tepat dan lebih agung dibandingkan hubungan yang lainnya termasuk pacaran.

Minggu, 05 September 2010

10 : Kekuatan C....

Posted by Gamal Al Ayyubi 00.01, under | 2 comments

Satu bulan berlalu sejak terakhir kali ku sms Zahra, rindu mulai merenggut jiwa. Rindu kepada sahabat yang telah merubah kehidupanku menjadi seperti sekarang ini. Malam ini kucoba untuk menghubunginya kembali. Dan jawaban yang diberikan sangat dingin, seakan kita adalah dua orang yang berbeda komunitas tanpa ada rasa kepedulian sama sekali. Tetapi aku tidak hanya diam melamuni keadaan, kuberanikan kembali untuk menjawab pesan singkat (sms). Emmmmmm... Udah seperempat jam belum ada jawaban juga, mataku sudah sangat berat menahan lelah, apa yang sedang Zahra lakukan ya. Apakah tugas telah menyibukkan dia untuk menjawab sms ku. Hari ini ku akhiri dengan pertanyaan tentang keadaan Zahra.
Satu minggu berlalu, belum ada pesan dari Zahra yang masuk dalam handphone ku. Dengan kekuatan nekad aku telpon dia, tuuuut tuuuutt tuuuut tuuuut. Nggak diangkat…..!Sepuluh menit berlalu, Handphone mengerang menyuarakan sebait lagu dari bondan fade2black, kali ini nada dering handphone sengaja ku aktifkan biar kedengaran pas lagi nonton tv. Satu pesan baru dari Zahra….! Bunyinya : “Sory lagi dijalan, tadi kamu nelpone aku y? ada apa?.. ,” Singkat tapi menjawab, membalas pesan memang hal yang sampai saat ini membuatku memeras otak, karena aku harus menyusun kalimat seringkas mungkin tetapi artinya bisa sepanjang mungkin. “Iya, tadi tak telpone tapi g dijawab, kamu sibuk ndak? Kalau ndak aku mau ngajak kamu ketemuan, kamu boleh bawa temem koq biar lebih afdol, gimana mau g?” tidak ad dua menit handphone yang kuletakkan di meja TV kembali berbunyi dua kali, yang pertama laporan terkirim dan yang kedua pesan balasan dari Zahra. “boleh, kapan dan dimana?” ; “Besok pagi gmn? Di depan kampus kamu aj, besok jam 10.00 tak sms kalau aku sudah didepan kampus kamu.” balasku, “Oke…” jawab Zahra singkat.
Keesokan hari, semua sudah kupersiapkan mulai dari pakaian terpantas dari yang terbaik, minyak rambut sampai apa yang akan ku omongkan nanti telah kupersiapkan tadi malam. Bertemu dengan wanita memang harus prepare sebaik mungkin bantinku, semoga Zahra tidak bosen ngeliat aku dengan penampilan terbaru dan ekslusif. Kemeja garis-garis warna biru tua terliahat sangat pas dengan ukuran tubuhku dan warna kulit yang agak kuning kecoklatan. Yapz suhu panas Jakarta telah mengubah warna kulitku menjadi sedikit lebih eksotic.
Pukul 09.45 menit aku sampai didepan kampus Zahra, sebelum ku sms dia aku mencoba terlebih dahulu melihat keseliling kampus kali aja dia sudah diluar.
Setelah beberapa kali putaran kepala, tiba-tiba mataku tertuju pada dua sosok adam dan hawa, darahku seakan-akan berhenti otak membeku pikiranku kaku. Apakah yang kulihat ini adalah suatu kenyataan atau aku sedang bermimpi? Tersadar dari penderitaan sesaat, kuputuskan untuk membatalkan pertemuanku dengan Zahra pergi menjauh menghindari kenyataan. Sesampai di kamar kost langsung kurebahkan badanku sambil mengingat kejadian yang baru saja kulihat, sangat tidak pantas, tapi apakah benar sikapku ini su’udzon kepada orang sebelum aku bertanya langsung kepada dia. Aku harus bertanya langsung kepada dia tentang apa yang aku lihat tadi. Tetapi kejadian tadi sangat membuat aku shock berat. Zahra yang dulu menggiringku ke dalam masjid, Zahra yang kujadikan sebagai semangat untuk belajar, Zahra yang kujadikan semangat memperbaiki diri karena tingkah laku yang terpuji. Hari ini semangat itu mulai luntur. Jika benar apa yang kulihat tadi apa yang harus kulakukan, akan ku bawa kemana perasaanku. Segera terlintas nama Anto, teman SMA yang bersama Zahra mendidikku dalam kebaikan. Kuputuskan untuk mentelfon Anto (curhat), “Assalamualaykum” suara Anto melengking. “Waalaykumsalam, Apa kabar to’” jawabku seraya berbalik nanya. “Alhamdulillah baik disini, kamu gimana ko, koq tumben telpone, kangen y?” Langsung saja kujelaskan kejadian tadi pagi “Alhamdulillah baik juga, to apakah mungkin orang yang sudah sangat alim seperti kamu itu berubah seartus delapan puluh derajat menjadi sangat dzalim? Soalnya aku tadi melihat Zahra sedang bermesraan dengan seorang laki-laki dikampus”…. “Yang bener ko..? oiya apa kabar si Zahra” jawabnya singkat.
“Itulah to, sudah satu bulan aku belum pernah ketemu Zahra disini. Terus tadi aku kekampus Zahra, g nyangka aku lihat dia bermesraan dengan seorang laki-laki di halaman parkir mirip sepasang kekasih gitu,?” “Ente yang bener saja ko, Zahra yang lemah lembut, mana mungkin melakukan hal seperti itu” bantah Anto. “Iya to beneran, ane yakin itu tadi Zahra” “Ente lebih baik Tanya langsung aja ke Zahra, hal itu bisa aja terjadi ko, syetan itu diciptakan memang untuk menjerumuskan manusia” “Bener ko, mending aku Tanya langsung saja sama Zahra y, ya udah ko terimakasih, Assalamualaykum” Segera ku akhiri telpon ini. Tak selang beberapa lama ada sms masuk, dan ternyata dari Zahra. “Ko, katanya mau ketemu aku sudah nunggu dari tadi nih, posisi kamu dimana?” “Assalamualaykum. Maaf Zahra untuk sekarang aku batalin dulu ketemunya karena ada suatu hal di kampus, maaf menyita waktu kamu”. balasku ragu. “Waalaykumsalam O, y udah gpp koq.”
Malam ini aku harus berani menanyai Zahra langsung. Telpon apa langsung ketemu y? mungkin lebih baik telpon aja y, tapi sebenarnya lebih baik ketemu langsung biar lebih jelas. Telpon dulu aja kali y…?
Sehabis sholat Isya’ di masjid kuputuskan untuk menelpon Zahra dari pada ntar kemaleman. Telpon sudah terhubung tetapi belum diangkat, dan akhirnya tidak ada jawaban. Ku ulangi sekali lagi, ketika telpon terhubung langsung terdengar suara Zahra menyapa. “Assalamualaykum”
“Waalaykum salam, Zahra lagi dimana?”
“Lagi diluar sama temen, ada pa ko?”
Zahra malam-malam keluar sama temennya, aneh sekali seorang Zahra keluar malem2, ini kan udah jam setengah delapan.
“Ganggu g, aku mau nanya sesuatu?”
“nanya apa?”
“Kamu udah punya pacar sekarang, soalnya tadi pagi aku liat kamu gandengan ama cowo di kampus”
“Kok kamu nanya kayak gitu ko? Apakah kamu tadi ngebatalin ketemuaan kita gara-gara kamu ngeliat aku gandengan ama cowo?”
“Jawab dulu dong pertanyaanku”
“Iya ko, aku sekarang udah punya pacar. Emang kenapa ko kalau aku punya pacar?”
Masya Allah bener apa yang aku sangka selama ini, mereka pacaran. Ya Allah kemana hidayah yang engkau berikan kepada Zahra dulu. Langsung saja kumatikan telpon ku tanpa mengucap salam.
Berhari-hari hatiku masih mengganjal, ganjalan yang sangat besar sehingga terasa berat ketika ingin melompati ganjalan tersebut. Apa yang harus kulakukan ya Allah. Jikalau benar godaan syaiton itu sangat lah berat maka aku tidak boleh seperti orang yang lemah, lemah karena dunia dan melupakan kehidupan yang sebenarnya, hatiku selalu berkata “Palestina menungguku”, aku tidak boleh kalah sebelum perang.

Minggu, 22 Agustus 2010

Back to JUKNIS kita

Posted by Gamal Al Ayyubi 21.41, under | No comments

                Apa sih tugas manusia dibumi ini ? Manusia diciptakan untuk beribadah dan mengelola serta menegeakkan khalifah di bumi yang fana ini. Dan unutk itulah Allah SWT menurunkan atau memberikan juklak(petunjuk pelaksana) / bisa disebut juga dengan Petunjuk Teknis. Lalu untuk apa juklak atau juknis tersebut. Sama seperti ketika kita sedang melaksanakan sebuah seminar ssedangkan kita adalah seksi acaranya, maka perlu ada yang membuat JUKNIS agar setiap kegiatan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang kita inginkan. Begitu juga JUKNIS yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia di bumi. Lalu apa JUKNIS yang diturunkan Allah itu? Ya jawabannya adalah Al-Qur’an.Al Qur’an diturunkan dengan sangat semourna sebagai petunjuk hidup umat manusia, Al Qur’an bukan hanya milik umat muslim saja, tetapi Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh umat manusia. Nah, sebagai pelaksana, manusia tidak mungkin dapat langsung memahami Al-Qur’an dengan baik. Oleh karena itu Allah SWT menurunkan seorang Rasul. Dalam buku “ Dari Gerakan ke Negara” dikatan bahwa Rasulullah diturunkan sebagai komunikator Allah terhadap umat manusia untuk menjelaskan Al-Qur’an.

            Ketika kita sudah beriman dengan Al-Qur’an menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab suci  yang kita agungkan kabenarannya otomatis kita harus memahami isi Al-Qur’an sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Tetapi apa yang kita temui baru-baru ini, Al-Qur’an hanya digunakan untuk mempercantik lemari, etalase maupun hanya untuk sekedar punya-punyaan agar dibilang Islam yang taat. Ya inilah realitas yang terjadi didalam umat muslim didunia, mereka menjadi manusia yang sangat munafik diduia, menghianati ajaran agamanya. Yang namanya penghianat itu selalu bersembunyi diantara percaya dan simpati.
            Beberapa ahri yang lalu salah satu station TV swasta menyajikan sebuah diskusi tentang penangkapan Abu Bakar Ba’asyir. Ada beberapa pembicara diantaranya seorang anggota BIN dan seorang aktivis perdamaian. Dikatakan dalam diskusi tersebut

Aktivis : Bangsa Indonsia yang sudah sangat sekuler ini membuat ustdz Abu Bakar Ba’asyir geram dan (sebagai tugas umat manusia adalah menegakkan kalimat Allah, artinya menurut pandangan sang ustd mungkin menginginkan para dedengkot-dedengkot sekulerism disingkirakan dari Indonesia.)

BIN     : Negara Indonesia adalah negara demokrasi, lalu ada oknum yang ingin merubah begitu saja dengan ancaman-ancaman terror, ini termasuk sudah melanggar ketentuan hukum di negara Indonesia oleh karena itu kami berhak melindungi dari segala bentuk ancaman-ancaman terror tersebut.

            Bayangkan jika anda yang berada dalam posisi itu, dan mengatakan hal itu (yang saya tangkap mereka seakan-akan menghalangi tegaknya syariat Allah di Indonesia, Wallahu’alam) jika memang seperti itu adanya maka kita selama ini telah banyak menyembunyikan islam dibawah tujuan dunia semata, agar dikatakan sebagai negara adidaya di dunia lah, negara maju lah, macan asia lah. Apapun itu.
            Sebuah kisah yang pernah saya dapatkan dari seseorang ustadz. Seorang pemuda non Islam sedang belajar kepada seorang ulama’ besar tentang Islam. Sang Ulama tersebut dengan bangga dan dengan kecintaan kepada Islam yang begitu tinggi mengatkan bahwa islam itu agama yang suci dan indah, diceritakanlah beberapa keindahan dan kesucian ajaran islam. Kemudian setelah mendapatkan keterangan dari sang ulama’ pemuda tersebut pergi ke suatu negara islam untuk membuktikan ucapan sang ulama’. Begitu sampai di suatu negara tersebut, pemuda itu terkejut seraya berkata “apakah ini yang dimaksud dengan keindahan islam dan kesucian islam”?. Ternyata yang dilihat adalah berkebalikan dengan apa yang dikatakan oleh sang ulama’. Tidak ada keindahan yang ditunjukkan disini, arti kata kebersihan sebagian dari iman tidak sama sekali terlihat di negara tersebut. Akhirnya sang pemuda kembali kepada sang Ustadz dan menceritakan apa yang dilihat oleh pemuda tersebut. Sang pemuda kecewa dengan keterangan yang selama ini dikatan oleh sang ustadz. Sampai akhirnya sang ustadz hanya bisa duduk termenung meratapi keadaan agamanya. Agamaku telah disembunyikan oleh umatnya sendiri. Umat islam sendirilah yang menutupi keindahan islam, sehingga keindahan agama ini tidak sampai kekhalayak umat manusia.

            Kembali kepada apa yang ingin saya sampaikan disini. Dalam sebuah buku karangan Anis Mata, dikatakan bahwa dimanakah arsitek peradaban islam yang dulu mengukirkan kalimat Allah di 2/3 belahan bumi. Kemanakah jiwa-jiwa Shalahudin Al Ayyubi, semangat dan keteguhan hati Muhammad Al Fatih dan jiwa kerinduan akan mati syahid yang dirasakan oleh Khalid bin Walid. Ya tentunya mereka sudah meninggal, akan tetapi apakah tidak ada penerus dari semangat mereka, kecintaan mereka kepada Allah dan ajaran Rasulullah. Di era globalisasi yang sangat mengerikan ini kita sangat membutuhkan arsitek peradaban islam yang baru, yang akan mengarsiteki dalam pembangunan peradaban islam di dunia. Kembali dalam buku Anis mata dikatakan bahwa Peradaban selalu bermula dari gagasan dan gagasan bermula dari pemikiran-pemikiran yang dilakukan oleh akal-akal manusia yang luar biasa. Dahulu ada Khalid yang pandai dalam hal militer, khalifah Ustman r.a ahli dibidang kenegaraan dan masih banyak lagi ahli-ahli dalam bidang-bidang tertentu.
             
              Perlu kita cermati bahwa akal-akal manusia sekarang tidak hanya lumpuh menghadapi zamannya, tetapi tidak sanggup memahami dirinya sendiri, tidak sanggup memahami sumber ajarannya dan tidak sanggup mempertahankan warisan peradabannya. 
            Yang perlu kita lakukan adalah kembali kepada JUKNIS kita. Kita harus memahami sumber ajaran kita, yaitu Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW. Marilah kita bentuk suatu masyarakat dengan IMAN sebagai perekatnya. Seperti yang pernah dilakukan Rasulullah SAW ketika mempersatukan kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Kaum Muhajirin dalam hijrahnya ke Madinah diterima bukan sebagai tamu ataupun peminta perlindungan. Melainkan mereka diterima sebagai saudara. Mereka berteduh bukan dimasjid bukan pula di kantor-kantor pemerintahan, melainkan di setiap rumah penduduk Anshor. Sampai suatu kejadian ketika Sahabat Sa’ad rela menceraikan salah satu istrinya untuk dinikahkan kepada Abdurahman bin Auf. Tetapi dengan lembutnya Abdurahman bin Auf menolaknya. Saat iman berbicara memang tidak ada yang bisa memberikan sekat persaudaraan, rasa saling menghormati sebagai hamba Allah SWT menjadi sangat tajam.
            Kalau kita tilik lagi hakikat manusia ini apa? Manusia adalah makhluk Allah yang istimewa, manusia diberikan akal untuk berfikir dan kekuatan untuk menghadapi berbagai ujian.
Ibarat uang, nilai mata uang adalah kualitas ketakwaan manusia terhadap Allah. Suatu saat seorang kakek-kakek melihat beberapa bocah sedang bermain disebuah halaman rumahnya, dengan suara ssedikit berat sang kakek menyapa mereka, seraya mengeluarkan uang 50.000. Kemudian ditanya lah kepada bocah2 tsb

Kakek  : Siapa yang mau uang 50.000 ini?
Bocah  : sayaaaaa…. (semua menjawab)
Sang kakek lalu melipat-lipat uang tersebut hingga kucel, kemudian ditanya lagi oleh sang kakek
Kakek  : Siapa yang masih mau uang ini?
Bocah  : sayaaaa…(kembali secara bersama-sama)
Sang kakek mulai bingung, lalu di injak-injaklah uang tersebut hingga sangat kucel dan kotor, seraya berkata
Kakek  : Ada yang masih mau uang ini?
Bocah  : Sayaaaa……(kembali secara bersama-sama dan serentak)
Sang kakek bingung masak uang jelek seperti ini masih pada mau dan akhirnya dikasihlah uang tersebut kepada bocah-bocah.

           Teman segala sesuatu jangan lah dilihat dari keadaan fisiknya saja, tetapi lihatlah berapa nilai dari sesuatu tesebut. Dan seberapa besar manfaat dari sesuatu tersebut. Apapun keadaan kalian Allah tetap menilai kalian dari segi ketakwaan, bukan keadaan fisik. Remember this.!!!!

Sabtu, 21 Agustus 2010

EPSD 9 : ???

Posted by Gamal Al Ayyubi 20.15, under | No comments

        Segala pernak pernik acesoris wajib yang sudah ditentukan panitia sangat tidak masuk akal, kemana aku akan mencari itu semua, aku tidak kenal daerah ini. Baru pertamakali ku temui dalam hidupku kebingungan yang hampir membuatku putus asa. “Kalau g ikut ospec gimana y? bolos gt.” Saat SMA dulu aku juga sering bolos dan hasilnya tak apa-apa. Tapi jauh-jauh ke Jakarta koq bolos, sayang banget y… Ya sudah ini semua akan kuhadapi dengan penuh semangat, ini hanyalah langkah kecil untuk mulai mendaki satu buah anak tangga. Tiba-tiba teringat seseorang, “Bagaimana kabar ospec Zahra y.?” batinku tersentak. Ah… nanti malam saja ku sms dia.
        Dalam ospec ini kita dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang dipandu oleh dua orang kakak senior, walaupun umurnya tidak jauh berbeda dengan ku, aku tetap berusaha hormat dengannya. Dan kelompok kecil inilah yang ternyata menghilangkan kegelisahan ku yang tidak mengenal jalan-jalan Ibu Kota. Aku tidak perlu pusing-pusing memikirkan kebutuhan yang harus disiapkan dalam kegiatan ospec ini. Y dengan bijaksana ketua kelompok membagi tugas, siapa yang harus pergi belanja kebutuhan kelompok, maupun kebutuhan individu, dan itu kembali dibagi kedalam kelompok-kelompok mini dengan satu coordinator masing-masing. Tentunya sang coordinator mesti ngerti seluk beluk Ibu Kota. Alhamdulillah ada 3 orang asli Jakarta didalam kelompokku, sangat meringankan tentunya.


          Tiga hari telah berlalu, ospec pun selesai. Letih penat tetapi ada perasaan bebas yang melambung tinggi. Yapz.. kini aku sudah berada tepat dibawah tangga hidupku, hari pertama kuliah merupakan saat yang tepat untuk menginjakkan kaki ke anak tangga pertama. Harus kuyakinkan dulu hatiku untuk memepersiapkan ini semua. Bulatkan tekad lihat ke atas hilangkan rasa takut, aku bukan orang yang phobia ketinggian dan itu artinya aku tidak takut berada di puncak tangga kehidupanku.


          Oiya… selama ospec kemarin aku belum sempat menghubungi Zahra, apa kabar tu anak. Segera kuambil HP tombol demi tombol ku pencet dengan harapan sebuah kalimat indah akan terangkai. Kirim…..! Beberapa menit kemudian HP bergetar sambil mengerang-erang, segera kuraih dan setelah kuamati ternyata hanyalah pesan terkirim, huft…!


         Tik tok tik tok tik tok, detik demi detik yang dilalui jarum jam waker diatas mejaku terdengar sampai kedalam lubuk hati, menunggu dan menunggu sms balasan dari Zahra. 1 jam sudah berlalu tetapi belum ada jawaban atas sms ku. Husnudzon saja ah, kali aja lagi sibuk belajar. Kuputuskan keluar untuk memburu makanan, dan baru saja kuangkat tubuhku dari tempat tidur HP ku kembali mengerang-erang tanda ada sms. Benar saja sms ini dari Zahra. Emmmm, dari jawabannya terlihat dia sedang sibuk, tapi kurasa dia baik-baik saja. Kubalas ah…. “y sudah, jaga kesehatan saja. Kalau butuh bantuan sms aku saja.” Pesan singkat penuh makna ku kirimkan. Sejenak kutinggalkan HP, kini konsentrasi tertuju kepada perut. Perutku sudah lapar sedari tadi.

Minggu, 15 Agustus 2010

EPSD 8 : sedikit demi sedikit

Posted by Gamal Al Ayyubi 20.58, under | 1 comment


DUA BULAN KEMUDIAN

Nama saya Rico Adi Gunawan
Asal saya dari Kota Solo
Alasan saya masuk FIB adalah “ingin mempelajari kebudayaan Indonesia lebih dalam.”
Itulah kata-kata yang selalu saya lontarkan setiap kali berada dalam pos pos yang telah disediakan panitia ospec dalam rangka menyambut mahasiswa baru. Kebohongan yang kutebar di seantero kampus saat itu.
Saat itu aku sudah berada di Depok, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia tepatnya. Di Fakultas Ilmu Budaya tidak ada maba yang satu kota denganku. Sementara Zahra berada di lain fakultas. Tapi kita sudah sepakat  saling mendo`akan untuk kesuksesan bersama. 
Dua bulan berlalu aku sekarang sudah hidup jauh dari orang tua, belajar hidup mandiri itu lah alasan yang membuatku kuat meninggalkan orang tuaku. Dan beberapa alasan lain yang saling menyokong satu sama lain.
Satu teman baru telah kukenal,
Aneh…! Itulah persepsi ku saat pertama kali bertatap muka, berbincang bahkan bentuk tubuh. Mungkin bagi orang lain perasaan itu biasa saja, tapi bagiku yang biasa saja itu adalah anugrah dari ALLAH SWT, dan aku menerima nya sebagai suatu perasaan yang luar biasa yang patut disebarkan kepada keluarga dikampung kelak. Dalam benakku aku bertanya-tanya, apakah kehidupan seperti ini yang aku cari, mengenal orang asing beteman bahkan mempelajari kebiasaannya.
            Waktu itu perkuliahan belum dimulai, tetapi aku memberanikan diri untuk meninggalkan kampung halaman  lebih awal dan tinggal beberapa hari d Depok. Awalnya aku berfikir, jika aku berada di Depok lebih awal maka aku akan dapat beradaptasi dengan mudah ketika nanti perkuliahan sudah dimulai dengan beberapa tugas-tugas yang dikenal sangat menyibukan. Tetapi hasilnya pun nihil dari harapan. Aku hanya berada didalam ruangan sempit ukuran 3x4 meter dengan lampu berwarna putih menyala terang, tak ada satupun kegiatan yang bisa kulakaukan. Saat itu kost-kostan juga lagi sepi karena waktu itu merupakan libur semester yang sebagian besar dimanfaatkan oleh para mahasiswa untuk pulang kampung, bersilaturami dengan keluarga selain hari lebaran. 
Mungkin dari 24 jam yang diberikan kepadaku hanya 4 jam aku keluar dari kost-kostan, makan itulah yang kulakuakan ketika keluar dari kamar pengap tak berisi itu. Aku merasa saat itulah biasanya Sony bersamaku berbincang, berdiskusi. Teringat sebuah kejadian dua tahun yang lampau. Ketika itu aku kelas satu SMA. Waktu istirahat adalah waktu yang begitu aneh untukku, entah apa yang terjadi dengan diriku. Aku bimgung..! tidak ada kegiatan yang bisa kulakukan. Beberapa siswa berlarian dalam lorong-lorong sekolah yang menghubungkan antara satu kelas ke kelas yang lain, layak disebut sebagai keterlambatan mental. Suatu saat aku sedang berjalan menelusuri lorong sekolah. Ketika aku melalui lorong tepat didepan pintu kelasku, tak disangka dan tak diduga seorang cewek menabrakku dari dalam kelas, sontak aku terhempas dan hampir saja terjatuh. Tetapi sang cewek itu hanya tersenyum minta maaf sambil melanjutkan misi nya untuk melarikan diri dari kejaran seorang cewek metropolis. Kejadian itu merupakan suatu kejadian yang tidak bisa menghilang begitu saja dari otakku. Entah mengapa..? wajah cewek yang menabrakku tadi selalu terbayang dalam pikiranku. Mungkin sampai sekarang aku masih ingat bagaimana cewek tersebut tersenyum manis kepadaku. Beberapa minggu semenjak kejadian itu, aku merasa ada sebuah pancingan yang dilakukan cewek tersebut untuk menaklukkanku, mulai dari cara berbicara yang begitu melambungkanku bahkan sampai lirikan mata yang sering aku dapatkan, aku tidak tahu apakah itu lirikan yang bermakna ataukah hanya pandangan kosong tak bermakna. Masya Allah masa-masa dimana nafsu seoang anak muda yang sedang mengalami masa transisi kedewasaan. Sampai akhirnya perilaku tersebut behenti dengan sendirinya tanpa ada tindakan nyata dari ku. Jika aku ingat-ingat lagi maka dapat muncul suatu pernyataan bahwa cewek tersebut adalah cewek tercantik diwaktu SMA dulu. Itu dulu, sampai akhirnya Zahra menggantikan senyum manis itu dengan anggun dan menawan.