Sekarang usiaku sudah 21 tahun menginjak 22 tahun. Ternyata sudah tua juga ya. Mesti lebih dewasa lagi nic. Dan tidak disangka di usiaku ini aku dianggap lebih tepat untuk memimpin organisasi yang sedang ku geluti saat ini. Dilema melanda hati ku, teringat kelakuan dimasa lalu, sudah bersihkah aku sehingga amanah ini mendarat dipundakku. Sejenak berfikir di tengah keramaian musyawarah yang dilakukan oleh dewan formatur, untuk memilih satu mas’ul yang akan memimpin satu tahun kedepan.
“Ane yakin antum lebih layak akh, insya Allah ane dan teman-teman akan membantu sekuat tenaga,…. ” terdengar suara wanita memberi semangat, entah suara siapa itu. Yang pasti suara tadi telah memberikan satu alasan untuk aku menerima amanah tersebut.
“Bismillahirahmanirrahim, Insya Allah….” satu kata itu tiba-tiba keluar dari mulutku. Tapi aku sudah yakin dengan teman-teman yang akan membantuku. Satu kata tadi langsung disambut dengan takbir yang membahama, diiring do’a yang meruntuhkan mentalku.
Mulai hari ini dan seterusnya aku akan disibukkan dengan kegiatan yang lebih berat, janagn sampai kuliahku terbengkalai,”harus kerja keras nic……”
Mulai dari merumuskan langkah gerak sampai menentukan pemimpin setiap bidang yang akan menunjang keberhasilan, mencapai tujuan mulia. “Menjadikan FIB sebagai kampus islami”
Dalam perjalanannya banyak hambatan yang ku lalui, dari mulai menklukkan dekanat sampai perang pemikiran dengan para pengagung liberalism. Ini adalah jalan dakwah, aku yakin semua yang telah terjadi pasti ada hikmahnya baik bagi diriku maupun orang lain. Yang jelas disaat Yahudi mengoar-ngoarkan liberalismenya aku berkeyakinan “Barang siapa suatu organisasi maupun negara sekalipun, apabila menyatakan ber ideology islam, maka tiada hari kecuali hari-harinya penuh dengan air mata, keringat bahkan darah” Karena yahudi tidak akan membiarkan islam kembali berjaya, seperti zaman dahulu ketika islam berjaya mengarungi 2/3 bumi. Konstatinopel, Palestina, Andalusia,Afrika bahkan Romawi timur takluk oleh islam.