Minggu, 22 Agustus 2010

Back to JUKNIS kita

Posted by Gamal Al Ayyubi 21.41, under | No comments

                Apa sih tugas manusia dibumi ini ? Manusia diciptakan untuk beribadah dan mengelola serta menegeakkan khalifah di bumi yang fana ini. Dan unutk itulah Allah SWT menurunkan atau memberikan juklak(petunjuk pelaksana) / bisa disebut juga dengan Petunjuk Teknis. Lalu untuk apa juklak atau juknis tersebut. Sama seperti ketika kita sedang melaksanakan sebuah seminar ssedangkan kita adalah seksi acaranya, maka perlu ada yang membuat JUKNIS agar setiap kegiatan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang kita inginkan. Begitu juga JUKNIS yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia di bumi. Lalu apa JUKNIS yang diturunkan Allah itu? Ya jawabannya adalah Al-Qur’an.Al Qur’an diturunkan dengan sangat semourna sebagai petunjuk hidup umat manusia, Al Qur’an bukan hanya milik umat muslim saja, tetapi Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh umat manusia. Nah, sebagai pelaksana, manusia tidak mungkin dapat langsung memahami Al-Qur’an dengan baik. Oleh karena itu Allah SWT menurunkan seorang Rasul. Dalam buku “ Dari Gerakan ke Negara” dikatan bahwa Rasulullah diturunkan sebagai komunikator Allah terhadap umat manusia untuk menjelaskan Al-Qur’an.

            Ketika kita sudah beriman dengan Al-Qur’an menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab suci  yang kita agungkan kabenarannya otomatis kita harus memahami isi Al-Qur’an sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Tetapi apa yang kita temui baru-baru ini, Al-Qur’an hanya digunakan untuk mempercantik lemari, etalase maupun hanya untuk sekedar punya-punyaan agar dibilang Islam yang taat. Ya inilah realitas yang terjadi didalam umat muslim didunia, mereka menjadi manusia yang sangat munafik diduia, menghianati ajaran agamanya. Yang namanya penghianat itu selalu bersembunyi diantara percaya dan simpati.
            Beberapa ahri yang lalu salah satu station TV swasta menyajikan sebuah diskusi tentang penangkapan Abu Bakar Ba’asyir. Ada beberapa pembicara diantaranya seorang anggota BIN dan seorang aktivis perdamaian. Dikatakan dalam diskusi tersebut

Aktivis : Bangsa Indonsia yang sudah sangat sekuler ini membuat ustdz Abu Bakar Ba’asyir geram dan (sebagai tugas umat manusia adalah menegakkan kalimat Allah, artinya menurut pandangan sang ustd mungkin menginginkan para dedengkot-dedengkot sekulerism disingkirakan dari Indonesia.)

BIN     : Negara Indonesia adalah negara demokrasi, lalu ada oknum yang ingin merubah begitu saja dengan ancaman-ancaman terror, ini termasuk sudah melanggar ketentuan hukum di negara Indonesia oleh karena itu kami berhak melindungi dari segala bentuk ancaman-ancaman terror tersebut.

            Bayangkan jika anda yang berada dalam posisi itu, dan mengatakan hal itu (yang saya tangkap mereka seakan-akan menghalangi tegaknya syariat Allah di Indonesia, Wallahu’alam) jika memang seperti itu adanya maka kita selama ini telah banyak menyembunyikan islam dibawah tujuan dunia semata, agar dikatakan sebagai negara adidaya di dunia lah, negara maju lah, macan asia lah. Apapun itu.
            Sebuah kisah yang pernah saya dapatkan dari seseorang ustadz. Seorang pemuda non Islam sedang belajar kepada seorang ulama’ besar tentang Islam. Sang Ulama tersebut dengan bangga dan dengan kecintaan kepada Islam yang begitu tinggi mengatkan bahwa islam itu agama yang suci dan indah, diceritakanlah beberapa keindahan dan kesucian ajaran islam. Kemudian setelah mendapatkan keterangan dari sang ulama’ pemuda tersebut pergi ke suatu negara islam untuk membuktikan ucapan sang ulama’. Begitu sampai di suatu negara tersebut, pemuda itu terkejut seraya berkata “apakah ini yang dimaksud dengan keindahan islam dan kesucian islam”?. Ternyata yang dilihat adalah berkebalikan dengan apa yang dikatakan oleh sang ulama’. Tidak ada keindahan yang ditunjukkan disini, arti kata kebersihan sebagian dari iman tidak sama sekali terlihat di negara tersebut. Akhirnya sang pemuda kembali kepada sang Ustadz dan menceritakan apa yang dilihat oleh pemuda tersebut. Sang pemuda kecewa dengan keterangan yang selama ini dikatan oleh sang ustadz. Sampai akhirnya sang ustadz hanya bisa duduk termenung meratapi keadaan agamanya. Agamaku telah disembunyikan oleh umatnya sendiri. Umat islam sendirilah yang menutupi keindahan islam, sehingga keindahan agama ini tidak sampai kekhalayak umat manusia.

            Kembali kepada apa yang ingin saya sampaikan disini. Dalam sebuah buku karangan Anis Mata, dikatakan bahwa dimanakah arsitek peradaban islam yang dulu mengukirkan kalimat Allah di 2/3 belahan bumi. Kemanakah jiwa-jiwa Shalahudin Al Ayyubi, semangat dan keteguhan hati Muhammad Al Fatih dan jiwa kerinduan akan mati syahid yang dirasakan oleh Khalid bin Walid. Ya tentunya mereka sudah meninggal, akan tetapi apakah tidak ada penerus dari semangat mereka, kecintaan mereka kepada Allah dan ajaran Rasulullah. Di era globalisasi yang sangat mengerikan ini kita sangat membutuhkan arsitek peradaban islam yang baru, yang akan mengarsiteki dalam pembangunan peradaban islam di dunia. Kembali dalam buku Anis mata dikatakan bahwa Peradaban selalu bermula dari gagasan dan gagasan bermula dari pemikiran-pemikiran yang dilakukan oleh akal-akal manusia yang luar biasa. Dahulu ada Khalid yang pandai dalam hal militer, khalifah Ustman r.a ahli dibidang kenegaraan dan masih banyak lagi ahli-ahli dalam bidang-bidang tertentu.
             
              Perlu kita cermati bahwa akal-akal manusia sekarang tidak hanya lumpuh menghadapi zamannya, tetapi tidak sanggup memahami dirinya sendiri, tidak sanggup memahami sumber ajarannya dan tidak sanggup mempertahankan warisan peradabannya. 
            Yang perlu kita lakukan adalah kembali kepada JUKNIS kita. Kita harus memahami sumber ajaran kita, yaitu Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW. Marilah kita bentuk suatu masyarakat dengan IMAN sebagai perekatnya. Seperti yang pernah dilakukan Rasulullah SAW ketika mempersatukan kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Kaum Muhajirin dalam hijrahnya ke Madinah diterima bukan sebagai tamu ataupun peminta perlindungan. Melainkan mereka diterima sebagai saudara. Mereka berteduh bukan dimasjid bukan pula di kantor-kantor pemerintahan, melainkan di setiap rumah penduduk Anshor. Sampai suatu kejadian ketika Sahabat Sa’ad rela menceraikan salah satu istrinya untuk dinikahkan kepada Abdurahman bin Auf. Tetapi dengan lembutnya Abdurahman bin Auf menolaknya. Saat iman berbicara memang tidak ada yang bisa memberikan sekat persaudaraan, rasa saling menghormati sebagai hamba Allah SWT menjadi sangat tajam.
            Kalau kita tilik lagi hakikat manusia ini apa? Manusia adalah makhluk Allah yang istimewa, manusia diberikan akal untuk berfikir dan kekuatan untuk menghadapi berbagai ujian.
Ibarat uang, nilai mata uang adalah kualitas ketakwaan manusia terhadap Allah. Suatu saat seorang kakek-kakek melihat beberapa bocah sedang bermain disebuah halaman rumahnya, dengan suara ssedikit berat sang kakek menyapa mereka, seraya mengeluarkan uang 50.000. Kemudian ditanya lah kepada bocah2 tsb

Kakek  : Siapa yang mau uang 50.000 ini?
Bocah  : sayaaaaa…. (semua menjawab)
Sang kakek lalu melipat-lipat uang tersebut hingga kucel, kemudian ditanya lagi oleh sang kakek
Kakek  : Siapa yang masih mau uang ini?
Bocah  : sayaaaa…(kembali secara bersama-sama)
Sang kakek mulai bingung, lalu di injak-injaklah uang tersebut hingga sangat kucel dan kotor, seraya berkata
Kakek  : Ada yang masih mau uang ini?
Bocah  : Sayaaaa……(kembali secara bersama-sama dan serentak)
Sang kakek bingung masak uang jelek seperti ini masih pada mau dan akhirnya dikasihlah uang tersebut kepada bocah-bocah.

           Teman segala sesuatu jangan lah dilihat dari keadaan fisiknya saja, tetapi lihatlah berapa nilai dari sesuatu tesebut. Dan seberapa besar manfaat dari sesuatu tersebut. Apapun keadaan kalian Allah tetap menilai kalian dari segi ketakwaan, bukan keadaan fisik. Remember this.!!!!

0 komentar:

Posting Komentar