Senin, 02 Agustus 2010

Epsd 7 : masa depanku

Posted by Gamal Al Ayyubi 09.15, under | No comments


Hari ini adalah hari yang sangat menentukan bagi kehidupanku. Betapa tidak, sekarang aku sedang duduk dihalaman mushola SMA bersama teman-teman yang juga  mempunyai perspektif kata hampir sama denganku, yaitu lulus.
“ya Allah, jika Engkau meridlaiku untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi maka luluskanlah hambamu ini dengan nilai terbaik.” Seperti itulah do`aku disetiap waktu – waktu menunggu pengumuman kelulusan.
Kami menunggu para wali yang sedang duduk didalam sekotak ruang yang biasa kami gunakan sebagai tempat untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian. Ruangan berukuran 5x5 meter. Bangunan tua, halaman luas dengan pepohonan rindang, yang membuatku betah. Kurang lebih 4 tahun sudah kulewati bersama para pengajar2, karyawan, penjaga kantin dan orang-orang yang selalu mengisi hari-hariku di SMA ini.
Memang sebelum hari pengumuman kelulusan sudah ada beberapa berita-berita yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, simpang siur di telinga dan handphone siswa SMA. Bahwa akan ada beberapa siswa yang tidak lulus. Memang siapa dan berapa jumlah siswa yang tidak lulus tidak diberitahukan, tetapi berita-berita bodoh itu cukup untuk membuat para siswa  kerepotan menyiapkan beberapa rencana hidup baru, jika rencana awal untuk melanjutkan pendidikannya ke Universitas tertunda oleh ketidaklulusan ini. Begitu juga dengan aku yang saat itu sudah dinyatakan sebagai mahasiswa baru di salah satu Universitas terkemuka di Indonesia, betapa kelulusan merupakan kunci utama untuk merubah seluruh kehidupanku yang saat itu sudah sangat membosankan. Berbagai macam ritual keagamaan, mendekatkan diri kepada sang pencipta telah kulakukan untuk menjamin kelulusan ku ini akan benar-benar diberkahi oleh Allah SWT.
“Eh bagaimana nic! Kalau kita tidak lulus apa yang akan kita lakukan,” tanyaku pada Anto yang sedari tadi duduk tenang disampingku.
Aku juga bingung, melamar pekerjaan, kita masih muda ijazah SMA saja kita belum punya,” sanggah Anto.
“Yah..!kalau difikir-fikir, segala sesuatunya telah diatur oleh Allah SWT, kita tidak bisa berpaling dari takdirNya, apalagi marah dengan takdirNya.” aku sedikit berceramah
Semoga Allah memberikan jalan yang terbaik untuk kita” Anto melanjutkan ceramah singkatku.
Aaaaaamiin, jawabku dengan cepat.
Satu jam aku bersama Anto menunggu dalam gelisah di halaman musholla, tempat yang kita rasa cocok untuk meluapkan syukur ataupun kekecewaan yang berarti sebuah babak baru bagi kehidupan kita. Satu persatu para wali murid memunculkan batang hidungnya, entah berita gembira atau berita duka yang dibawa. Tetapi terlihat wajah-wajah yang penuh dengan rasa syukur dan kegembiraan tergambar jelas lewat senyum-senyum manis dari teman-teman yang sudah mendapat surat misterius tersebut.
Tak berselang dari satu jam Anto dan Andi dipanggil oleh walinya, raut wajah yang ditujukan menunjukan kegembiraan sudah bisa kutebak kalau dia akan mendapat berita kegembiraan berupa tercoretnya frasa tidaklulus didalam amplop misterius tersebut. Satu persatu teman teman yang tadinya duduk dalam kekhusyukan di halaman  musholla meninggalkanku dengan begitu saja tanpa ingin tahu berita apa yang akan aku dapatkan. Huh….! Biarlah mereka melakukan apa saja yang mereka mau. Tiba tiba dari dalam lorong keluar seorang prempuan berperawakan tidak telalu tinggi tetapi memiliki gaya berjalan yang anggun, dan sepertinya aku mengenal perawakan tesebut.
Rico….! Kata itu berasal dari perawakan itu dan mengarah padaku.
Aku pun menoleh padanya, beberapa langkah kemudian baru dapat kukenali perawakan tersebut.
Bagaimana ma …. tanyaku sopan.
Dirangkulnya tubuhku, lalu dikeluarkan selembar amplop yang bertuliskan “Rico Adi Gunawan”
Kubuka amplop tersebut dalam keheningan, loh ternyata amplop telah terbuka.
Dag dig dug, bunyi itu keluar dari jantung ku,
Nama               : RICO ADI GUNAWAN
NIS                 : 2358
Dinyatakan
LULUS / TIDAK LULUS
begitu membaca kalimat terakhir yang sangat menentukan itu aku langsung menuju ketempat wudlu, membasuh tubuhku dengan air secara teratur, setelah itu aku menuju kedalam masjid untuk melakukan ritual keagamaan yang menyatakan sebagai tanda syukurku kepada Allah SWT, saya melakukan sujud syukur, sujud yang sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa yang harus dibaca dalam ritual tersebut, aku hanya melambungkan pujian-pujian kepada sang pencipta. Kira kira tiga menit aku melakukan ritual tersebut, sementara mama masih berbincang dengan teman-teman ku yang belum mendapatkan amplop yang sekarang sudah tidak misterius lagi bagiku, sekarang sudah menjadi amplop yang sangat berharga yang harus kupertanggung jawabkan kelak.

0 komentar:

Posting Komentar